Jumat, 02 Agustus 2013

Emosi Yang Tak Terkendali

Sedang konsentrasi-konsentrasinya mengendarai sepeda motor di jalanan yang banyak tikungan maut, tanjakan dan turunan curam, jalur Sepit-Sembalun, di kawasan hutan dan pegunungan Rinjani. 

Tiba-tiba ......... weshh........ ada mobil oleng yang hampir menabrak motor saya. Belum sempat tenang mengendalikan laju motor ke tanjakan curam, Eh, bukannya minta maaf malah dia teriak, dan mengatakan, “WOOI,,,, BABI.........!”

Astaga ini orang kurang ajar sekali, memangnya Papuq[1]mu yang punya jalan. Dengan jengkel, saya balas umpatan itu orang, “KURANG AJAR, BALIK WOOI”.

Daaaarrrr!

Tubuh terhempas menghantam mal jalan, terasa ada yang mengalir di hidung dan telinga, nyeri yang sangat terasa di kaki sebelah kiri. Sepeda motor yang saya gunakan entah nasibnya bagaimana.

Ya Allah...pandangan berkunang-kunang, temaram, gelap...

Flashback...

Ternyata tadi pas ditingkungan menurun, sopir mobil L100 yang berasal dari Sembalun, berusaha memperingati saya, bahwa di jalanan yang baru saja dia lewati ada Babi yang hampir dia tabrak, dan dia hindari, sehingga menyebabkan mobilnya oleng dan hampir menabrak sepeda motor yang melaju ke atas. Tapi sayang, ditanggapi salah.





[1] Nenek

Tidak ada komentar:

Posting Komentar